Kamis

Upin & Ipin Bukan Cuma Buat Anak Kecil



Semenjak Masuk SMP jaman baheula, saya sudah jarang suka sama yg namanya film kartun, apalagi yg banyak ilusi dan rekayasa tenaga-tenaga dalam atau ilmu-ilmu apalah namanya, yg itu semua ga nyata dan menipu anak-anak (padahal waktu anak-anak dulu saya juga suka nonton . Tapi, Akhir-akhir ini saya lagi suka sama film kartun anak tiga dimensi yang diproduksi oleh negri Jiran itu, Upin dan Ipin. Saya dapat film itu dari teman saya. Entah dari mana teman saya dapat film tu. Cuman, yg saya sukai dari film tu selain lucunya Upin dan Ipin nampak nyata sekali dari kanak-kanaknya layaknya anak kecil pada umumnya (lagi lucu-lucunya), juga adegan di film itu mendidik sekali terutama nilai agamanya. Terus, peran Upin dan Ipin juga mencotohkan sifat anak-anak yg nurut sama orang tua, padahal kan jarang anak kecil yg nurut. Namun, sebagai anak-anak pun mereka berdua juga suka nakal, tapi kenakalan mereka tidak bandel (keras kepala), artinya mereka jika dinasehati karna berbuat salah, mereka akan nurut dan tidak mengulanginya. Upin dan Ipin tinggal bersama Kak Ros (kakak Upin dan Ipin) serta Opah-nya (nenek Upin dan Ipin). Orang yg sering menasehati mereka dlm film itu adalah Opah-nya, sedangkan orang tua mereka keduanya sudah meninggal dunia, alias Upin dan Ipin adalah anak yatim piatu. Nasehat-nasehat yang disampaikan Opah adalah nasehat-nasehat ringan namun sarat makna. Selain itu, bahasa Melayu yg digunakan dalam dialog utama dalam film itu menambah nuansa ramah, sopan, lucunya anak-anak dan penuh pendidikan, membuat saya jadi semakin terkesan Iya-iya bentar. Naah, yang menjadi inspirasi saya dari film itu adalah, secara seorang laki-laki kan InsyaAllah akan menjadi calon Bapak (amiin), terus setelah nonton film itu tekad saya untuk menjadi Bapak yg baik jadi naik drastis, sembari membayangkan punya anak-anak yg lucu dan nurut seperti Upin dan Ipin (amiin), walaupun dalam film itu ga ada peran Bapak. Terus, saya jadi teringat sebuah pelajaran agama tentang pendidikan anak, kalau pendidikan anak itu hampir seluruhnya dilakukan oleh sang Ibu, seperti yg dicontohkan oleh para umat Islam terdahulu. Namun itu tidak berarti bahwa sang Bapak tidak/hanya sedikit memberi konstribusi dalam pendidikan anak, justru dalam hal ini sang Bapaklah yang menentukan pendidikan kepada seorang anak itu akan jadi baik atau tidak. Lho, kok gitu? Gini penjelasannya. Berdasarkan contoh tuntunan yg ada mengenai pendidikan anak dalam Islam, umat Islam terdahulu telah memberi contoh yg sangat berharga. Dimulai dari usaha sang Bapak yang paling utama dalam mendidik calon anak-nya. Sejak kapan? yaitu sejak memilihkan calon Ibu yang baik utk anak-anaknya. Jadiii, peran sang Bapak dalam mempersiapkan pendidikan utk anak-anaknya dimulai dari sebelum menikahi seorang wanita. Memilih wanita yang sholehah, baik akhlaqnya, baik keturunannya, dan kalau bisa dapat yg berkecukupan alias kaya. Kenyataan yang ada sekarang kan justru banyak orang yg mengira bahwa pendidikan anak itu dimulai sejak anak berada dalam kandungan, dielus-elus, dikasi lagu-lagu gitu, dll. Wah, itu ketinggalan zaman sob, kalah start. Islam jauh lebih awal mengajarkan kapan memulai mendidik anak. Mulai dari conto Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam sendiri yg memilih istri-istrinya dari wanita paling baik zaman itu. Lalu para ulama yang hidup setelah zaman Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam pun mencotohkan demikian. Kaum lelaki pada zaman itu banyak berkelana mencari nafkah dan menuntut ilmu di tempat yang jauh. Sedangkan anak-anak mereka dititipkan kepada para istri mereka. Sepulang dari mencari nafkah, mereka (sang Bapak) mendapati anak-anak mereka telah menjadi orang-orang ‘alim di desa-desa mereka. Jasa siapa? sudah jelas jasa para wanita tangguh yg mereka nikahi yg telah mendidik anak-anak mereka menjadi orang-orang sholeh berikutnya. Pelajaran berharga ini sangat mungkin dan wajib dicontoh oleh kita di zaman sekarang. Tapi ga harus kita pergi berkelana seperti riwayat tadi, jika memang kita bisa mencari nafkah untuk keluarga kita di daerah yang dekat dengan keluarga kita. Maaf-maaf, bukannya mengalihkan cerita film Upin dan Ipin menjadi masalah rumah tangga, tapi justru disitu inspirasi saya jadi terbangun karna melihat didikan yg ada di film itu. Ga gampang lho jadi orang tua yg baik itu, apalagi sampai bisa mendidik anak agar menjadi anak yg baik dan sholeh. Insya Allah kita semua akan menjadi calon orang tua (bagi yg belum nikah) untuk anak-anak kita nanti jika Allah memberi umur panjang, so persiapkan itu sedini mungkin. Persiapannya bukan dengan menonton film Upin dan Ipin, tapi menuntut ilmu agama sebaik mungkin agar nanti bisa diajarkan ke keluarga kita..Insya Allah.

0 komentar:

Posting Komentar

Untuk tanya-tanya bisa langsung coment di bawah yah gals