Nyaho kah anjeun

Salah satu bangunan bersejarah yang terkenal di Kota Bandung, Jabar, adalah Gedung Sate. Bangunan ini digunakan sebagai Kantor Gubernur Jawa Barat dan pada awalnya dimaksudkan sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda. Tapi apa maksud ornamen di atas gedung sate yang menyerupai tusuk sate?

Gedung sate dengan ciri khasnya berupa ornamen tusuk sate pada menara sentralnya telah lama menjadi penanda Kota Bandung yang tidak saja dikenal masyarakat Jawa Barat, namun juga di seluruh Indonesia.

Do You Know? Ornamen tusuk sate itu sebenarnya berarti jumlah biaya yang digunakan untuk membangun gedung sate itu. Gedung sate mulai dibangun pada tahun 1920 dan masih berdiri kokoh hingga sekarang. Gedung sate terdiri dari empat lantai. Di atap puncak menara sentral terdapat tiga atap bertumpuk yang diyakini meniru atap pura di Bali atau ada juga yang menyebutkan atap pagoda Thailand.

Di puncaknya terdapat tusuk sate dengan enam buah ornamen sate yang bentuknya mirip jambu air atau melati. Tusuk sate ini melambangkan enam juta gulden yang merupakan biaya untuk membangun gedung sate. Di samping keunikan arsitekturnya, gedung sate juga memiliki sejarah tersendiri.

Setelah pemerintah Hindia Belanda berencana untuk memindahkan ibukota nusantara dari Batavia ke Bandung pada tahun 1917, mereka menyewa tenaga seorang arsitek muda Belanda, J. Gerber, untuk merancang gedung pusat pemerintahan yang baru. Para perancang juga berusaha membuat gedung pemerintahan ini semirip mungkin dengan suasana dan bangunan di Eropa.

Karena kesejukan Bandung sangat mirip riviera di Perancis Selatan, maka kota itu yang menjadi acuan utamanya. Misalnya gedung sate menghadap ke utara agar bisa memandang keindahan pemandangan gunung tangkuban perahu. Gerber juga memadukan beberapa aliran arsitektur ke dalam rancangannya. Untuk jendela, Gerber mengambil tema Moorish Spanyol. Sedangkan untuk bangunannya adalah Renaissance Italia. Khusus untuk menara, Gerber memasukkan aliran Asia yaitu gaya atap pura Bali atau pagoda Thailand.